11 Prinsip Sederhana Hidup Hemat
Meningkatkan pendapatan adalah hal yang tidak mudah. Namun, lebih tidak mudah lagi menekan pengeluaran. Sebagian besar dari kita adalah manusia yang konsumtif. Di samping itu, manusia menyukai sesuatu yang mudah dan tidak mengeluarkan banyak tenaga. Misalnya saja: makan tinggal makan, bersih-bersih rumah memakai pembantu padahal sebenarnya kita masih bisa melakukannya, bepergian menggunakan taksi padahal naik bis lebih murah dan hemat, dan lain sebagainya. Kita mungkin sering membaca, mendengar, atau melihat akibat perilaku konsumtif.
Bila kita masih single, perilaku konsumtif akan merugikan masa depan kita. Adapun bila sudah berkeluarga, perilaku konsumtif akan merugikan keluarga kita.
Sebuah cerita menggelitik di mana ada seorang wali murid yang tidak perhitungan untuk membeli tas seharga satu juta, sedangkan untuk membaya SPP anaknya sejumlah Rp 300.000,00 saja harus berpikir sejuta kali.
Pernahkah kita melihat hal menggelitik seperti itu? Atau mungkin kita sendiri? Makan dengan budget Rp 500.000,00 bisa kita lakukan, namun membayar utang sejumlah Rp 100.000,00 hingga berbulan-bulan kita lupakan.
Agar kita terhindar dari pembelanjaan yang sia-sia, berikut ini hal-hal yang bisa kita coba terapkan, yaitu:
1.Tentukan pos wajib dan tidak wajib
Pos wajib adalah pos yang bila tidak kita penuhi akan berpengaruh pada kehidupan kita. Adapun pos tidak wajib tidak demikian.
2.Kebutuhan lebih penting daripada keinginan
Hp Android atau netbook? Mana yang lebih penting bagi kita bila profesi kita sehari-hari adalah penulis atau editor? Sementara HP lama kita masih dalam kondisi baik. Keinginan memang sesuatu yang menyilaukan, seolah-olah kita akan mati bila tidak terpenuhi. Berbeda dengan kebutuhan yang tidak terlihat semenarik keinginan. Namun, bila kita tidak memenuhinya kita akan kesulitan.
Pada contoh di atas, manakah yang kira-kira akan kita pilih? Membeli Android padahal HP lama masih sangat bagus. Akibatnya kita harus mengorbankan untuk tidak membeli netbook sehingga kita harus pergi ke warnet setiap hari bila ingin mengirim tugas menulis. Atau kita tidak membeli HP Android dan memilih membeli netbook demi menunjang pekerjaan kita?
Sekalipun harga suatu barang lebih murah, namun bila kita tidak membutuhkannya maka dari sisi ekonomi kita sama saja telah menghambur-hamburkan uang. Sebaliknya, sekalipun harganya mahal namun bila barang tersebut berpengaruh pada pekerjaan kita sehari-hari maka dari sisi ekonomi kita tidak menghambur uang. Oleh sebab itu, bijaklah dalam berbelanja. Tak perlu harus mengikuti setiap trend bila kita memang tidak terlalu membutuhkannya.
3.Alokasikan dana untuk infak di awal
Mengalokasikan dana infak di awal akan mengurangi kelupaan kita untuk tidak melakukan infak. Ingatlah bahwa di setiap harta kita terdapat hak mereka. Itu sebabnya, infak seharusnya dikeluarkan di awal dan bukan di akhir setelah kita berbelanja sepuasnya.
4.Jangan membawa banyak uang tunai ketika bepergian terutama berbelanja
Tidak membawa banyak uang tunai ketika kita berpergian bukan berarti kita pelit atau tidak memiliki uang. Namun, hal tersebut adalah bentuk untu mengontrol pengeluaran. Hakl yang sering terjadi adalah kita merasa “kaget” ketika membawa banyak uang di tangan. Ada kecenderungan untuk menghabiskan semua uang yang kita pegang saat itu juga. Terlebih bila kita pergi ke suatu tempat kesukaan kita. Kadang-kadang kita bisa dikuasai oleh sisi emosional daripada sisi logika dan kita baru sadar ketika uang yang ada di tangan sudah habis. Misalnya saja, kita adalah penggemar buku. Kita pergi ke toko buku dengan membawa uang senilai Rp 1.000.000,00. Uang tersebut tentunya tak hanya untuk membeli buku melainkan untuk membeli hal-hal lainnya. Bagi kita yang gila buku, kemungkinan menghabiskan uang untuk membeli buku bukanlah hal yang aneh. Pun dengan hal-hal lainnya. Mengerikan bukan? Sekalipun buku memang sumber ilmu, namun pembelanjaannya juga perlu diatur.
5.Jangan membawa semua ATM dan kartu kredit
Membawa semua ATM dan kartu kredit selain kurang aman juga membuat kita tertarik untuk berbelanja lebih. Ada baiknya kita menggunakan ATM sesuai kebutuhan. Misalnya, saat kita ingin berbelanja ke swalayan, sebaiknya kita menggunakan ATM khusus untuk belanja kebutuhan sehari-hari dan membawa satu kartu kredit sebagai cadangan.
ATM, kartu kredit, atau uang tunai?
Ketiga hal tersebut adalah hal penting yang harus kita bawa ketika berpergian. Uang tunai sebagai jaga-jaga ketika kita membutuhkannya untuk transaksi tunai. ATM sebagai sarana untuk memudahkan transaksi kita agar tak perlu membawa terlalu banyak uang tunai. Kartu kredit, kita anggap saja sebagai cadangan.
6.Jangan berlebihan dalam berbelanja
Sejak dahulu, pola hidup yang berlebihan memang tidak disarankan. Selain bisa membahayakan diri sendiri karena mengundang kejahatan, pola hidup yang berlebihan juga bisa membuat kecemburuan sosial. Di samping itu, pola hidup yang berlebihan bisa mengubah mindset kita untuk menjadi seorang yang eksklusif. Dengan demikian, bila suatu ketika kondisi keuangan kita tidak lagi berlebihan, kita akan malu menjadi orang biasa- biasa saja. Sama halnya seperti orang yang terbiasa naik mobil, mungkin dia akan malu untuk naik angkot. Padahal apa salahnya bila harus naik angkot? toh dua-duanya sama-sama kendaraan yang bisa mengantarkan kita ke tempat tujuan, benar bukan?
7.Pergi untuk berbelanja sebaiknya ditemani dengan orang yang memiliki karakter berbeda dengan kita
Pasangan atau keluarga kita bisa dijadikan penasihat dalam berbelanja, terlebih bila kita memiliki karakter yang berbeda. Misalnya, kita adalah orang yang hemat sedangkan pasangan kita adalah orang yang boros. Dengan demikian, jangan terburu-buru marah karena kondisi tersebut sebenarnya menguntungkan. Satu orang bisa menjadi gas sedangkan yang satunya lagi bisa menjadi rem. Penasihat dalam berbelanja diperlukan untuk mengantisipasi adanya hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya: membeli sesuatu yang tidak perlu dan tidak membeli sesuatu yang dibutuhkan.
8.Jangan meletakkan uang pada dompet yang sama
Meletakkan uang dan kartu-kartu penting seperti ATM dan kartu kredit s pada dompet atau tempat yang sama jelas berbahaya. Selain tidak aman, kita juga akan merasa “kaya” dan memiliki “banyak uang”. Akibatnya, kita menjadi kurang berhati-hati. Ada baiknya bila kita memecah “harta” tersebut ke dalam beberapa tempat, misalnya: diletakkan di dompet, a di saku celana atau rok di tas (tapi bukan di dompet), atau di tampat lainnya.
9.Waspada terhadap hal-hal yang membuat kita tergoda.
Bila kita adalah seorang wanita yang hobi berbelanja tas, maka sebisa mungkin kita hindari untuk sering bepergian ke toko tas. Atau bila kita pergi ke Mall, hindari untuk hanya sekadar mampir ke toko tas. Awalnya mungkin hanya ingin melihat jenis-jenis tas yang baru, tapi lama-lama akan tergoda.
10.Jangan terlalu sering makan di luar
Siapapun kita, biasakanlah untuk menyukai makanan rumah daripada makanan yang ada di luar rumah. Makanan rumah jelas lebih bersih daripada makanan yang ada di luar rumah. Bila toh makanan yang ada di luar rumah memang bersih, tentu harga yang ditawarkan akan mahal. Ingat bahwa ada ungkapan yang bunyinya “there is no free lunch” atau tak ada makan siang gratis di dunia ini. Semua ada harganya. Ingin murah? Ya harus terima dengan kondisi yang apa adanya atau tidak bersih. Sebaliknya bila ingin bersih juga harus mau membayar mahal.
Acara makan di luar, mulai dari makan siang hingga makan malam akan menyedot pengeluaran kita secara perlahan-lahan. Coba saja bila setiap makan kita menghabiskan uang Rp 20.000,00. Bila sehari kita makan di luar dua kali, maka dalam sebulan kita akan menghabiskan uang sebesar Rp 1.200.000,00 hanya untuk makan. Uang senilai tersebut bila kita belikan emas batangan, kita akan mendapatkan 2 gram lebih (dengan asumsi harga emas per gram nya Rp 500.000,00). Bagaimana bila kita kalkulasi selama sat tahun? Jangan heran bahwa ternyata harga makan di luar setara dengan 24 gram lebih emas (asumsi harga emas dan kebutuhan tetap). Cukup material bukan? Coba, mulai sekarang, biasakanlah untuk makan di rumah. Banyak resep-resep instant yang bisa kita tiru bila saat ini kita adalah orang-orang yang sibuk.
11.Sebisa mungkin hindari berhutang pada pos lain untuk memenuhi pos yang lainnya
Seringkali kita berhutang pada pos lain untuk memenuhi pos lainnya. Misalnya, kita berhutang pada pos SPP anak-anak untuk membiayai pos belanja karena kita tertarik dengan sebuah produk yang harganya di luar kemampuan kita. Sebaiknya kita tidak melakukan hal tersebut. Disiplinlah dalam mengambil dan mengisi pos belanja. Itu pula yang membuat kita begitu penting untuk membentuk pos cadangan di awal. Namun, pos cadangan tak serta merta dipergunakan untuk hal-hal yang konsumtif. Ada baiknya bila pos cadangan dipergunakan untuk hal-hal yang benar-benar penting.
Setelah membaca penjelasan di atas, manakah yang lebih mudah? Meningkatkan pemasukan atau menekan pengeluaran? Memang, dibutuhkan tekad yang kuat untuk melakukan kedua hal tersebut. Meski secara umum meningkatkan pemasukan lebih mudah daripada menekan pengeluaran. Namun, bila kita membiasakan diri mulai dari sekarang, kita akan terbiasa. Mulailah terlebih dahulu dari hal-hal yang kecil, misalnya membawa bekal dan tidak makan di luar, belanjalah lebih bijak, dan bawalah uang secukupnya.
Comments
Post a Comment